Kompetisi Selancar Paling Bergengsi di Dunia Dimatangkan di Banyuwangi



“Ini akan menjadi salah satu instrumen pemulihan ekonomi, milestone untuk bangkitnya pariwisata. Banyuwangi siap menjadi tuan rumah,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani


Penakota.com - Banyuwangi |  Ajang selancar paling bergengsi di dunia, World Surf League (WSL) Championship Tour, bakal dihelat di Banyuwangi, Mei-Juni 2022. Persiapan ajang dengan social media engagement terbesar ketiga di dunia setelah NBA dan NFL (American football) itu terus dimatangkan.


“Ini akan menjadi salah satu instrumen pemulihan ekonomi, milestone untuk bangkitnya pariwisata. Banyuwangi siap menjadi tuan rumah,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat rapat persiapan terkait hal tersebut, Selasa (7/12).


“Kami menyambut dengan antusias event ini. Sebagai salah satu ajang internasional yang mendapatkan perhatian luas dari seluruh dunia, ini tentu akan menjadi momentum penting bagi dunia pariwisata nasional, khususnya Banyuwangi,” imbuh Ipuk.

 
Hadir dalam rapat tersebut Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kemenkomarves, Kosmas Harefa, yang diikuti oleh lintas kementerian dan lembaga serta pihak terkait. Ada pula perwakilan Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI), dan planning events international WSL, Tim Hain.


WSL Champion Tour sendiri merupakan ajang yang memiliki peminat yang sangat tinggi. “Engagement sosial medianya no 3 setelah NBA dan NFL, masih di atas MotoGP yang rangking 9. Ini akan menjadi sarana promosi yang tinggi bagi tempat penyelenggaranya,” terang Planning and Development PSOI Anggi Yuhista.


Begitu pula dengan kunjungan wisata dan dampak ekonomi yang ditimbulkannya. Menurut hasil riset PSOI terhadap penyelenggaraan WSL Championship di beberapa tahun pada tahun-tahun sebelumnya, ada lonjakan kunjungan wisatawan pada tempat-tempat penyelenggaraan tersebut.


“Dari riset yang kami lakukan, di tempat yang menjadi tuan rumah WSL Championship Tour ini, setiap tahunnya terjadi lonjakan konstan kunjungan wisatawan antara 80 sampai 90 persen. Rata-rata lama menginap mereka sampai sembilan hari dan membelanjakan uang sebesar US$ 777 setiap orangnya,” terang Anggi.

Selama pandemi ini, lanjut Anggi, di Indonesia memang terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan dari kalangan peselancar. Pada 2020 kemarin, hanya ada 233 ribu wisatawan. Turun sampai 84, 26 persen dibandinkan dengan jumlah kunjungan wisatawan peselancar di tahun sebelumnya. Dari penurunan tersebut, diperkirakan ada US$ 973 juta potensi ekonomi yang hangus.


“Pandemi dalam satu tahun terakhir ini, memang cukup membuat kunjungan wisatawan dari kalangan surfer menurun drastis. Namun, kami yakin, dengan kembali digelarnya WSL Championship Tour tahun depan di Banyuwangi akan kembali mengerek kunjungan wisata sekaligus menaikkan perputaran ekonomi,” papar Anggi.


Sejatinya, Banyuwangi telah disiapkan menjadi tuan rumah WSL pada tahun 2020 lalu. Abdullah Azwar Anas yang menjabat Bupati Banyuwangi pada tahun 2019 telah bertemu dengan perwakilan WSL membahas segala persiapan WSL. Namun, event tersebut gagal dihelat karena situasi pandemi yang tidak memungkinkan.

 

Sementara itu, Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kemenkomarves, Kosmas Harefa, menegaskan bahwa pihaknya terus melakukan koordinasi instensif untuk menyukseskan agenda tersebut. 


“Kita terus matangkan persiapannya. Kami minta semua pihak terkait bergerak cepat menyiapkan berbagai kebutuhan sesuai dengan regulasi yang ada,” ujar Kosmas.


Menurut Kosmas tren pariwisata ke depan telah berubah, dari yang crowd tourism menuju pariwisata yang berkualitas. Kita mendukung setiap kegiatan yang mengarah pada wisata friendly, green dan eco tourism, termasuk sport tourism kejuaraan selancar ini.

 
“Saat ini kita tidak berpegang pada kuantitas tapi pariwisata yang berkualitas. Para penggemar olahraga surfing ini sangat dikenal sebagai wisatawan yang spending dan length of stay-nya tinggi. Maka sport tourism seperti surfing ini kita dorong penuh. Apalagi daerah penyelenggaranya juga memiliki komitmen yang tinggi pula seperti Banyuwangi ini. Akan kita dukung penuh karena manfaatnya,” kata Kosmas.   


Selain pihak WSL dan PSOI, Kemenkomarvest juga terus melakukan koordinasi dengan sejumlah kementerian dan lembaga negara terkait. Mulai dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian PUPR, Keimigrasian dan lain sebagainya.” Kami target paling lambat akhir April 2022 semua beres,” kata Kosmas.


WSL Championship rencananya digelar pada 28 Mei – 6 Juni 2022 di Pantai Plengkung atau yang biasa dikenal dengan G-Land. Pantai yang berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo itu telah dikenal cukup lama di kalangan peselancar. Bahkan, pada dekade 80-an ditetapkan sebagai salah satu dari 10 pantai yang memiliki ombak terbaik bagi olahraga surfing di seluruh dunia.


Menurut Ketua Umum PSOI, Arya Sena Subyakto, rekor ombak G-Land dalam menghadirkan angka sempurna bagi para peselancar masih belum dipecahkan di tempat lain. “Antara 1995-1996, pernah digelar kejuaraan surfing di G-Land yang berhasil menghadirkan 10 kali angka sempurna dalam satu kejuaraan karena tak lepas dari faktor ombak di G Land. Sampai saat ini rekor tersebut masih belum ada yang menandingi. Bahkan di Pantai Hawai sekalipun,” terangnya.


Daya jual ini, dipercaya bisa menjadi magnet bagi para peselancar di seluruh dunia untuk hadir di Banyuwangi. “Sudah barang tentu, ini akan menjadi daya tarik bagi para peselancar seluruh dunia untuk menjajal keistimewaan ombak G-Land, Banyuwangi,” pungkasnya. (Humas*)

Posting Komentar

0 Komentar