LDII Ingatkan Pemberdayaan Wanita Agar Tak Terjadi Erupsi Moral di Indonesia

Kedekatan ibu dengan anak-anaknya, menciptakan ikatan yang unik. Mereka bisa membentuk karakter anak dengan edukasi yang berkelanjutan, begitu keyakinan Chriswanto, “Maka sangat penting memberi ibu-ibu pemahaman mengenai gizi, keuangan, psikologi keluarga, keterampilan keorangtuaan atau parenting skill,” paparnya. 


Jakarta (2/11). Sejak 1997, LDII telah melirik potensi para wanita dan ibu rumah tangga. Mereka merupakan agen perubahan, karena memegang peran strategis di dalam rumah tangga. Terutama untuk membentuk karakter generasi penerus bangsa. 

 “Sejak 1997, kami memiliki program yang bermula di Jawa Timur untuk membentuk wanita yang cerdas. Karena hanya wanita atau ibu yang cerdas, dapat melahirkan generasi yang unggul. Pada ranah keluarga, ibu itu seorang manajer yang memahami keuangan, karakter anak, hingga menjadi konsultan bagi anak-anaknya,” ujar Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso. 

Kedekatan ibu dengan anak-anaknya, menciptakan ikatan yang unik. Mereka bisa membentuk karakter anak dengan edukasi yang berkelanjutan, begitu keyakinan Chriswanto, “Maka sangat penting memberi ibu-ibu pemahaman mengenai gizi, keuangan, psikologi keluarga, keterampilan keorangtuaan atau parenting skill,” paparnya. 

Chriswanto mengingatkan, masyarakat yang kuat dan sejahtera dibangun di atas pondasi keluarga. Dengan demikian, posisi wanita untuk membangun bangsa cukup strategis. Pengetahuan mereka dapat membentuk keluarga dan generasi penerus bangsa yang sehat jasmani dan rohaninya. Dengan begitu keberlangsungan bangsa Indonesia, dapat terjaga karena lahirnya generasi yang unggul, “Erupsi moral bangsa dapat dicegah dimulai sejak dari keluarga,” tegasnya. 

Program yang berkelanjutan sejak 1997 tersebut memperoleh apresiasi dari berbagai pihak. Program pemberdayaan wanita dalam konteks keluarga itu, dilaksanakan secara simultan dan berkelanjutan. Pada Minggu (31/10), misalnya, DPW LDII Kalimantan Tengah dan DPD LDII Klaten menghelat webinar pemberdayaan wanita.

Di Klaten, Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (BPKK) DPD LDII Klaten mengadakan webinar ‘Peran Ibu Sebagai Manajer Keluarga dalam Menyongsong Pascapandemi COVID-19’. Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan pendampingan orang tua dalam Pembelajaran Tatap Muka (PTM). 

Bupati Klaten Sri Mulyani mengapresiasi webinar yang dihelat LDII itu. Ia mengatakan webinar tersebut menunjukan keseriusan LDII dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa dan memberdayakan para wanita dalam keluarga. Ia juga menegaskan bahwa tantangan pandemi memang tidak ringan, namun dengan tekad, hal yang sulit dapat menjadi ringan, “Covid-19 dapat membunuh manusia namun tidak akan bisa membunuh kreativitas manusia,” jelas Sri Mulyani. 

Menurutnya, posisi wanita dalam sebuah rumah tangga terbilang strategis. Selain harus melayani beragam kepentingan dan kebutuhan keluarga, mereka juga disibukkan oleh profesionalisme. Apalagi, pada masa pandemi Covid-19, beban mereka memdampingi anak untuk belajar juga bertambah. 

Sementara di Kalimantan Tengah, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Kalimantan Tengah Yulistra Ivo Sabran mengatakan Indonesia mengalami tantangan stunting dan para wanita berperan penting mencari solusinya.

 “Gizi buruk yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan gangguan metabolik atau bahkan dapat mengganggu belajar anak,” ujar Ivo yang juga istri Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran, saat memberikan sambutan sekaligus membuka webinar Kesehatan dengan tema “Cegah Stunting dengan Gizi Seimbang untuk mewujudkan Generasi Emas Profesional dan Religius” yang diselenggarakan oleh DPW LDII Kalimantan Tengah, Minggu (31/10). 

Percepatan penurunan stunting merupakan prioritas nasional sebagai upaya untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat cerdas produktif dan berdaya saing, "Salah satu tantangan membangun manusia Indonesia yang berkualitas adalah terkait dengan permasalahan yang sedang kita hadapi saat ini, yaitu standar gizi buruk yang kronis akibat kekurangan asupan gizi, " kata Ivo. 

Menurutnya stunting bisa dicegah dengan memastikan kesehatan dan kecukupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan. Untuk itu, para wanita perlu pengetahuan gizi, yang mencukupi agar stunting bisa ditekan atau bahkan dihilangkan. Ia menegaskan, baik pemerintah maupun seluruh elemen masyarakat harus terus meningkatkan pengetahuan ibu sebelum, saat, dan setelah melahirkan. 

 Pemerintah juga berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang memadai, kurangnya akses air bersih dan sanitasi (kebersihan lingkungan) dan mengedukasi tentang makanan bergizi yang berasal dari sumber daya lokal. Ivo mengapresiasi atas kegiatan seminar kesehatan yang diselenggarakan LDII Kalteng dengan tema pengetahuan seputar stunting tersebut. Menurutnya, wanita bisa lebih berperan dalam membangun dan menguatkan Indonesia, terutama dimulai dari keluarga. (lines/kim/*)

Sumber : LINES/KIM

Posting Komentar

0 Komentar